Perang di Gaza dilihat dari media massa

Beginilah nasib kita sebagai mahluk sosial yang selalu haus akan informasi mengenai kabar dan kejadian apapun yang terjadi di dunia, tentang manusia lain dan kehidupannya. Salah satu media utama yang sering dijadikan sumber informasi adalah surat kabar, internet, majalah, dan media massa lainnya. Masalahnya sekarang, bagaimana kita mampu mencerna berita-berita yang ada di media massa agar yang kita terima benar-benar berita objektif atau tidak berpihak pada opini atau kepentingan tertentu.

Dalam kaitannya dengan agresi militer Israel ke Jalur Gaza, jika kita lihat melalui internet, terlihat jelas bahwa media massa pun sulit mengelakkan diri dari yang disebut dengan subjektifitas, meskipun headline dan tema semua beritanya sama. Bahkan sangat mungkin bahwa setap media massa harus mengikuti apa yang Pemerintah ‘instruksikan’. Mari kita bandingkan suara apa saja yang dibawa dan perbedaan dari media massa di bawah:

Media Ulasan The New York Times – (media cetak AS). Lebih membela kepentingan Israel, namun tidak mau terlihat terang-terangan.
1. Serangan Israel ke jalur Gaza merupakan sebuah usaha untuk memberikan pelajaran pada teroris (baca: Hamas).

2. Kesalahan semakin kuatnya Hamas disebabkan karena Mahmoud Abbas selama ini terlalu lembek untuk menghentikan ektrimisme Hamas sehingga Israel terpaksa bergerak sendiri.

3. Sama sekali tidak memberitakan matinya serdadu Israel yang dibunuh pasukan Hamas atau Al-Qassam secara gambling/deskriptif.

4. Israel terpaksa menghancurkan sebuah sekolah PBB karena Hamas meluncurkan mortar terlebih dahulu. Hanya memberitakan bahwa beberapa wanita dan anak-anak tewas.

5. Tidak pernah berbicara tentang Islam, atau agama lainnya. Sangat sekuler.

6. Amerika Serikat mau mengakui Palestina jika Palestina mengakui Israel.

Al Jazeera – (saluran tv internasional). Lebih menampung aspirasi masyarakat Timur Tengah (minus Israel)

1. Serangan Israel ke jalur Gaza merupakan sebuah tindakan kejahatan perang.

2. Israel merupakan pihak yang salah karena melakukan inisiatif agresi militer.

3. Berani menayangkan adegan dimana seorang komandan tank Israel ditembak mati oleh sniper brigade Al-Qassam

4. Israel menyerang secara membabi buta, sekolah pun tidak luput menjadi sasaran mortar Israel. Sebagian besar anak sekolah tewas.

5. Cenderung berpihak pada Islam namun juga sekuler, tepatnya lebih menyuarakan suara masyarakat Timur Tengah.

6. Amerika Serikat menutup mata tentang kejadian ini.

Haaretz Daily – (surat kabar Israel). Sangat menampung aspirasi masyarakat Israel (lebih cenderung moderate).

1. Serangan Israel ke jalur Gaza merupakan sebuah upaya untuk membebaskan Israel dan Palestina dari teror Hamas, dan untuk menciptakan perdamaian di masa akan datang.

2. Menyerang Gaza adalah pilihan terbaik untuk mempertahankan diri.

3. Semua berita adalah tentang penderitaan pasukan Israel yang tewas dan terluka.

4. Israel menyerang sekolah karena sekolah tersebut merupakan lokasi pertahanan teroris.

5. Yahudi dan pemeluknya adalah orang-orang tertindas. Melakukan propaganda dengan memberitakan bahwa umat Yahudi mendoakan para korban di Gaza, penyanyi Islam dan Yahudi berkolaborasi mencari dana untuk sumbangan korban perang di Gaza, umat Yahudi sering menjadi korban kekerasan SARA di wilayah Eropa, dan lainnya.

6. Amerika Serikat merupakan penentu nasib Israel.

Diluar dari ketiga contoh di atas, ada keanehan yang terjadi (menurut gue pribadi):

1. AS sepertinya ingin menunjukkan bahwa AS-lah yang menginstruksikan atau mendalangi adanya upaya agresi militer Israel ke jalur Gaza, melalui agenda Zionisme yang diusung oleh politikus Israel. Aksi agresi militer ini juga sebagai lampu hijau untuk melakukan uji coba terhadap berbagai senjata baru buatan AS.

2. Masyarakat Yahudi merupakan korban dari adanya generalisir masyarakat dunia dimana Zionis adalah Yahudi. Haaretz Daily sepertinya ingin menunjukkan bahwa tidak semua pemeluk Yahudi mendukung tindakan Zionisme (dimana sebagian besar pemimpin Israel sekarang ini adalah pendukung gerakan Zionisme).

3. Masyarakat Timur Tengah tidak lagi bisa menyebut sesama mereka sebagai saudara seagama karena mereka cenderung sekuler dan terkotak-kotak menjadi Negara. Buktinya, Negara-negara Arab lain cenderung tidak membantu Palestina, dimana partai Hamas berkuasa dan kurang tanggap.

Jika jihad memang benar-benar masih ada, maka seharusnya masyarakat Islam di seluruh dunia, khususnya Timur Tengah, berani mengambil sikap yang cepat dan tanggap untuk membantu menyelesaikan masalah di Gaza ini. Jihad yang dimaksud disini adalah berjuang dalam membuat opini masyarakat dunia, melalui gerakan media massa bahwa agresi tersebut adalah sebuah kejahatan perang.

In short term, jihad lainnya adalah sedaya upaya, secara finansial, membantu sumbangan obat-obatan, penampungan pengungsi, dan jika perlu memboikot seluruh kerjasama bisnis dengan Israel. Kalau jihad dengan membantu suplai senjata ke Hamas, well gue abstain deh. Apalagi jihad dengan mengirim diri atau orang yang bukan WN Palestina ke daerah konflik untuk ikut berperang…NO WAY…nantinya malah menyusahkan banyak pihak.

5 Comments

  1. Wah bagus analisa perbandingan cara beberap media massa memberikan informasi terkait krisis Gaza. memang kebanyakan media massa memberikan dukungan kepada Zionis (walaupun secara sembunyi-sembunyi) termasuk di Indonesia. Hanya satu yang secara intens memberitakan secara kontinu berita dari Krisis Gaza (merelay dari Al-Jazeera) + terkadang ada acara dialogis membahas krisis Gaza. Stasiun TV yang lain ..Cueeek beebeek sibuk dengan berita infotainment dan sinetron kacangan.

    Saya setuju bagi pemakai internet memberikan opini yang objektif adalah bagian dari dukungan dan perjuangan bagi kebebasan Rakyat Palestina.

  2. Assalam,
    Analisis yang bagus, walaupun menurut sudut pandang media amerika dan mungkin orang-orang JIL (orang biadab yang mengaku Islam) media baratlah yang lebih Obyektif dari pada al-Jazeera, yah itulah kesialan orang-orang islam. Kalaupun kita mau obyektif, apa yang dilakukan oleh Teroris sekalipun dengan menteror orang2 barat sebenarnya memiliki alasan kuat. Namun lagi2 media barat terlalu subyektif atas pendapat mereka sendiri, media barat takut akan perbedaan yang mungkin berakibat turunnya ratting mereka, seperti kita takut untuk melepaskan diri dari kungkungan negara-negara barat.

  3. Aslm.
    Bagi saya, otak dibalik kekacauan ini adalah Hamas. Apabila mereka tidak menyerang Israel terlebih dahulu, makam Israel pun tak akan menyerang kembali kepada Hamas / Palestina. Hamas tidak punya perasaan. Sehabis mereka menyerang Israel (Zionis), mereka berlindung dibalik warga sipil Palestina untuk melindungi diri. Sungguh tidak memiliki perasaan! Tindakan yang tidak lebih dari seorang banci. Saya amat iba melihat rakyat Palestina yang tidak mengerti apa – apa akibat perbuatan balasan Israel terhadap serangan Hamas. Sebenarnya, Hamas hanya merasa tersingkir dengan rakyat Israel membeli tanah – tanah Palestina. Membeli itu sah dan ada hukumnya. Apakah Hamas harus membalas dengan serangan – serangan yang anarkis? Mengapa tidak membalas dengan bidang lain saja, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, dan hal lainnya yang lebih positif. Marilah kita membangun sebuah negara, kita bukan di zaman Nabi Muhammad SAW lagi. Kita harus menyesuaikan diri dengan zaman kita berada. Kita harus membangun diri sendiri dengan memintarkan diri kita agar kita dapat mengalahkan dunia luar Indonesia. Apabila rakyat Papua yang primitif memiliki tv dan mengerti, mereka akan sedih karena melihat mayoritas rakyat muslim kita membela rakyat Palestina, mengapa bukan Papua yang ditolong dan diperhatikan. Tolong renungi dan cobalah untuk telaah lebih dalam, bersikap obyektif dalam menghadapi masalah. Jihad dengan kekerasan adalah perbuatan yang salah. Saya rasa Nabi Muhammad SAW pun akan sedih melihat hal ini. Terima Kasih.

  4. Israel didirikan dengan membunuh, membantai, melakukan genocide dan pengusiran besar-besaran terhadap penduduk pribumi Palestina. Penduduk yang terusir itu sekarang hidup di pengungsian di negerinya sendiri dan di negera-negara tetangga Palestina.

    Kini Israel juga membangun tembok ala tembok Berlin di masa rejim komunis di Jerman untuk memisahkan daerah yang telah direbutnya dan daerah jajahan yang masih dihuni rakyat Palestina. Tidak cukup dengan itu, Israel juga sudah setahun lebih memblokade Gaza, sehingga penduduk Gaza kesulitan memenuhi kebutuhan pokok. Wajar saja Hamas membalas kekejian Israel dengan menembakkan roket-roket kecil ke wilayah Palestina yang telah dijarah Israel.

    Pembantaian oleh Israel bukan dilakukan kali ini saja dan bukan dilakukan satu dua kali. Mereka punya reputasi sangat meyakinkan dalam hal pembantaian umat manusia sejak awal didirikan di tahun 1948. Salah satu “prestasi” yang sangat legendaris adalah pembantaian di kamp pengungsi Shabra dan Shatila.

    Mudah-mudahan dengan berkembangnya internet, citizen journalism, di era boderless world ini aksi kekejian Israel cepat tersebar ke seluruh dunia dan kemudian membuka mata penduduk dunia atas kekejian yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Semoga propaganda bahwa orang-orang Israel adalah korban holocaust yang patut dikasihani jadi tidak mempan lagi — karena adanya bukti-bukti bahwa Israel juga melakukan kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan.

    Indonesia yang telah 350 tahun dijajah Belanda-pun berhasil mengusir para penjajah kembali ke negerinya. Palestina yang kurang dari 100 tahun dijajah mudah-mudahan akan berhasil juga merebut kembali tanah airnya dari para penjajah dan Palestina kembali menjadi negeri yang aman, damai dan sejahtera.

    Bila ingin baca sejarah Israel baca disini:
    http://www.tragedipalestina.com/yudaisme.html
    http://www.tragedipalestina.com/terorzionis.html

  5. Wilayah Palestina pada mulanya ditinggali oleh beberapa bangsa, yaitu bangsa Ammonit dan Philistine. Lalu, sekitar tahun 1000 SM, Palestina ditaklukan oleh Raja Thalut dan Daud a.s. Daud a.s. dan keturunannya, yang merupakan bangsa yahudi, akhirnya menjadi raja di sana dan Palestina menjadi tanah air bangsa yahudi dari 1000 SM – 135 M. Palestina sendiri sempat dikuasai oleh Kerajaan Persia, Babilonia, Mesir, dan kerajaan-kerjaaan lain secara bergantian dalam rentang waktu tersebut.

Tinggalkan komentar